G-string adalah jenis celana dalam yang biasa dipilih untuk menciptakan kesan seksi. G-string pun menjadi favorit saat berbusana ketat, agar bentuk celana dalam tak tercetak di gaun.
Namun, pemakaian celana dalam ini mengundang perdebatan. Ada penelitian yang menyebut keseksian g-string mengundang sejumlah risiko penyakit kewanitaan, sepertiurinary tract infection (UTI). Namun, penelitian lain membantahnya.
Dokter Liza Masterson, ginekolog asal Los Angeles, mengungkap hasil penelitiannya bahwa bahan g-string seperti nilon seringkali berperan menahan kelembaban sehingga mendukung perkembangbiakan bakteri di area intim.
Permukaan celana dalam yang sempit dan mengerucut seperti tali membuat bakteri mudah berpindah dari sisi luar ke dalam. Termasuk mengantarkan bakteri E-coli ke area organ intim. Bakteri yang sampai di permukaan dalam akan berkembang biak dan menginfeksi area intim.
Pemakaian g-string juga dikata meningkatkan risiko iritasi kulit. Permukaan celana yang mengerucut seperti tali memudahkan gesekan di bagian kulit. Gesekan yang terjadi sepanjang hari inilah yang seringkali menimbulkan iritasi karena kulit di area intim sangat lembut dan sensitif.
Sementara The American Journal of Epidemiology memublikasikan sebuah studi pada 1987 yang seolah melawan hasil penelitian Masterson. Studi ini tidak menemukan indikasi pengaruh pemakaian g-string terhadap munculnya infeksi pada organ intim wanita.
Memperkuat simpulan itu, studi Universitas Nara Women Jepang pada 1994 menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara pemakaian pakaian dalam berbahan dasar katun dan bahan sintesis lainnya. Namun, pakaian dalam berbahan katun tetap lebih dianjurkan karena membuat kulit lebih mudah bernapas.
Walau demikian, studi menunjukkan bahwa responden wanita yang memakai pakaian dalam berbahan katun maupun bahan sintetis lainnya memiliki kelembapan kulit dan temperatur yang sama. Ini bertentangan dengan kenyataan bahwa pemakaian pakaian dalam berbahan sintesis membuat kulit lebih cepat berkeringat dan lebih lembab.
Terlepas dari hasil penelitian yang bertentangan itu, sejumlah pakar kesehatan mengingatkan pentingnya merawat kebersihan organ intim. Hentikan pemakaian celana dalam jenis tertentu jika mengalami iritasi. Setiap orang memiliki sensitivitas berbeda terhadap bahan celana dalam.
Artikel Menarik Lainnya :
Pengetahuan
- Agama Akan "Punah" pada 2041?
- Delapan Makanan Beracun yang Ternyata Kita Makan
- Alasan Bayi di Seluruh Dunia Ucapkan Kata 'Mama'
- 5 Bisnis Yang Bisa Anda Jalankan Selama Ramadan
- Inilah 7 Alasan untuk Pindah Kerja
- 7 Kriteria Pria Yang Membuat Wanita Jatuh Cinta
- 4 Ketakutan Fresh Graduate di Dunia Kerja
- Tahukah Anda Asal Muasal & Penemu Ponsel (HP)?
- Ternyata Handphone Bikin Wajah Jerawatan
- Asal Usul adanya Helm
- 20 Sifat Penghancur Pada Diri Sendiri
- 9 Kelemahan Dosen di Indonesia
- 10 Mobil Selebriti Dunia
- Tentang Kutu Yang Ada Dirambut Manusia
- 7 Cara Sehat Saat Berpuasa.
- Inilah Beberapa Gaya Rambut Funky Zayn Malik (One Direction)
- 10 Tanda Pasangan Anda Selingkuh
- Han Geng Dikonfirmasi Akan Berakting Dalam 'Transformers 4'
- 10 Negara Pencetak Milyader Terbanyak Di Dunia
- Umat Islam dan Kristen di Mesir Buka Puasa Bersama
- Jangan Buang Kulit Pisang, Ada 10 Manfaat
- Inilah 30 Macam Olahan Kurma Di DUNIA.......hhmmm.....
- Kendalikan Nafsu Minum Berlebih Saat Berbuka Puasa
- Tanya Lelaki: Maukah Menerima Kekasih yang Bukan Perawan?
- Puasa Menurut Para Ahli Kedokteran